Berpulang
Berpulangnya pada pangkuanmu yang merindu akan kepulangan
jiwa satu sama lain, untuk berpulang.
Layaknya aku yang bodoh akan pencarianku yang tak
berujung, mencarimu pada diri yang bukan kamu.
Layaknya aku yang bodoh, akan pelabuhan-pelabuhan-ku yang apa daya itu jika aku harus berpulang, pada rumah.
Layaknya aku yang bodoh, akan pelabuhan-pelabuhan-ku yang apa daya itu jika aku harus berpulang, pada rumah.
Bukan, bukan rumah, kamu lebih dari itu, kamu
kepulanganku, tempat aku berpulang dan bersimpuh pada hidup. Muara dari
segala-gala alur.
Kemana lagi aku harus pergi, untuk memecah ranah
gundah ciumanmu, yang selalu tak apa jika aku biarkan, yang lambat laun menetap
dalam ini.
Yang lalu semuanya menjadi sia-sia bagiku, yang lalu semuanya akan ada hanya percuma.
Dan, Kepulanganku akan terus menujumu, serdadu tumbang yang menanti untuk dirangkup dalam belenggu ‘kita’, menujumu yang selagi harum untuk aku kiasi malam ini, malam selanjutnya, dan malam-malam seterusnya.
Yang lalu semuanya menjadi sia-sia bagiku, yang lalu semuanya akan ada hanya percuma.
Dan, Kepulanganku akan terus menujumu, serdadu tumbang yang menanti untuk dirangkup dalam belenggu ‘kita’, menujumu yang selagi harum untuk aku kiasi malam ini, malam selanjutnya, dan malam-malam seterusnya.
Dan, akhirnya,
Berpulang
Berpulang, aku akhirnya menyerah, padamu, untuk
berpulang, pada kepulanganku yang tak pernah dinantikan atau diharapkan.
Pelarianku dekade ini alangkah buaian manis untuk menanti kepulangan ini yang
menunggu untuk dicumbu rindu.
Aku ternyata, astagah, aku ternyata tidak pernah
melupakanmu, aku hanya menyemaikan ‘kita’ dalam kolase-kolase memori yang aku
simpan rapat tertimbun dan menimbun yang tak berdosa, sampai akhirnya semuanya
menyerah untuk ikut berkabung pada yang lampau, dan kembali lagi kamu dalam
wujud yang sama, di celah ruang itu yang sama, dekapan yang sama, kecupan yang
sama, tatapan yang sama, dan batang hidung yang sama dilumuri purnama
malam-malam itu yang lagi sama.
Aku telah menyimpanmu rapat-rapat, untuk menyudahimu
yang terlalu rumit untuk aku gubris, yang lambat laun aku rindukan.
Dan kamu, kamu, kamu, dan kamu lagi, kepulanganku
yang tak berhendak.
😢💗
ReplyDelete