Kidung Sendu
Hampir setengah windu aku mati.
Hilir mudik semasa kilah angin malam.
Ditemani hampa yang sedikit sendu.
Hanya aku dan sebongkah kemarau,
Mataku yang kemarau.
Lalu aku bersedih, sampai lupa apa yang disedihkan.
Sampai satu klan atau keduanya bertanya,
"Ada apa, nak?"
Aku hanya lupa, jelasku.
Aku hanya lupa teorema hidup.
Aku hanya lupa bahwa bahagia itu sejungkit fana yang kucuri dari cerita tiga pagi, dua belas malam menjelang Januari di Bandung.
Aku hanya lupa bahwa pada akhirnya aku akan bersedih di runyam kelamnya pikiranku yang habis dimakan purnama dan sepuntung rokok yang terhitung setelah puntung kedua habis dimakan angin.
Aku hanya lupa bahwa hidup diambang hayat.
Aku hanya lupa bahwa hidup bukan ganja.
Aku hanya lupa bahwa tahun lalu aku sengit dengan rindu.
Lalu aku takut aku akan lupa, lupa sekitar setengah catur wulan lagi.
Yang kemudian aku menjadi naif denganmu.
Aku menjadi naif pada aku.
Yang nota bene :
Aku makhluk bersedih.
Dan akan begitu selamanya.
Kalau hidup menggores manja sedikit kesenanganku, kematianku semakin dekat.
Dan, aku makhluk bersedih
Yang selamanya akan begitu.
Tuhan, jangan sampai diulang lagi,
Jangan sampai aku terlena oleh sesisip kopi dan sisa bibirmu pukul lima senja.
Aku makhluk bersedih
Dan, selamanya akan begitu.
Yang mana, aku belum pantas untuk secarik laman kegembiraan tentang kidung sendu-ku.
Aku makhluk bersedih
Dan, tidak ada sepantasnya kebahagiaan untuk-ku.
Hilir mudik semasa kilah angin malam.
Ditemani hampa yang sedikit sendu.
Hanya aku dan sebongkah kemarau,
Mataku yang kemarau.
Lalu aku bersedih, sampai lupa apa yang disedihkan.
Sampai satu klan atau keduanya bertanya,
"Ada apa, nak?"
Aku hanya lupa, jelasku.
Aku hanya lupa teorema hidup.
Aku hanya lupa bahwa bahagia itu sejungkit fana yang kucuri dari cerita tiga pagi, dua belas malam menjelang Januari di Bandung.
Aku hanya lupa bahwa pada akhirnya aku akan bersedih di runyam kelamnya pikiranku yang habis dimakan purnama dan sepuntung rokok yang terhitung setelah puntung kedua habis dimakan angin.
Aku hanya lupa bahwa hidup diambang hayat.
Aku hanya lupa bahwa hidup bukan ganja.
Aku hanya lupa bahwa tahun lalu aku sengit dengan rindu.
Lalu aku takut aku akan lupa, lupa sekitar setengah catur wulan lagi.
Yang kemudian aku menjadi naif denganmu.
Aku menjadi naif pada aku.
Yang nota bene :
Aku makhluk bersedih.
Dan akan begitu selamanya.
Kalau hidup menggores manja sedikit kesenanganku, kematianku semakin dekat.
Dan, aku makhluk bersedih
Yang selamanya akan begitu.
Tuhan, jangan sampai diulang lagi,
Jangan sampai aku terlena oleh sesisip kopi dan sisa bibirmu pukul lima senja.
Aku makhluk bersedih
Dan, selamanya akan begitu.
Yang mana, aku belum pantas untuk secarik laman kegembiraan tentang kidung sendu-ku.
Aku makhluk bersedih
Dan, tidak ada sepantasnya kebahagiaan untuk-ku.
Comments
Post a Comment