Menjadi Aku (Yang Sebenarnya)
Mungkin kamu tau aku sudah
sejauh ini hidup.
Menjalar kemana-mana, tetapi
berakar tetap di rumah.
Mungkin hanya guyonan angin
2 pagi atau kucing hitam yang tidak kuberi panggilan.
Hanya mereka yang paham.
Tangisanku dan luka kemarin.
Mungkin kamu lelah?
Mungkin kamu lelah mengerti
dan mencoba.
Menjadi aku, memang tidak
mudah.
Aku ingin bercerita mengenai
mencintaimu yang mendalam, tetapi enggan.
Menjadi aku yang sulit
dimengerti, tetapi mudah dibaca.
“Aku tidak baru mengenalmu
kemarin sore.”
Katamu yakin.
Tetapi banyak yang kamu
belum lihat.
Coba penjamkan mata, gelap
bukan?
Itu aku, redup dan
menyedihkan.
Menjadi aku, yang sering
meredup.
Walau kamu sudah memohon
kerajaan bintang agar tetap gemerlap.
Terkadang aku tetap gelap.
Menjadi aku, yang sering
terluka.
Walau kamu sudah melahap
habis duri di mawar.
Sampai bibirmu berlinang
darah.
Terkadang aku tau sebetapa
ingin kamu menukar raga dan jiwamu demi sepercik kebahagiaanku.
Tetapi percuma, sayang.
Jangan coba-coba.
Menjadi
aku, yang sebenarnya.
Rumit
dan menyakitkan.
Semoga kamu sabar…
Kalau-kalau aku memelukmu sambil
menangis.
Tangan kiriku yang menggenggam belati.
Bibirku yang berucap mantra kematian.
Dan kamu hanya terkulai lemas, pasrah.
Maukah
kau mengerti?
Maksudku
hanya ingin membunuh nadiku,
bukan
nadimu?
Comments
Post a Comment