Manusia Toples
Halo, sudah lama tidak
mengunggah apapun. Saya terlalu sibuk dengan hal-hal yang tidak penting dan
ternyata memakan waktu paling banyak. Saya menulis ini sekitar jam sepuluh
malam, belum terlalu larut untuk saya, tetapi sudah malam. Saya di sini ingin
menjelaskan betapa sederhananya itu hidup. Saya, dulu, selalu punya forum
diskusi dengan sahabat saya Melvin. Kita selalu cari bahasan topic dari political issues sampai yang paling
engga penting. Lalu sampai kepada pertanyaan saat itu,
‘Why people
come and go real quick?”
And
we concluded our thoughts by a theory called : ‘Manusia
Toples’ (Jar Beings)
Kalian semua, pasti pernah saat kehilangan orang
secara tidak sengaja maupun sengaja, siap maupun tidak siap pasti merembet pada
pertanyaan or even just a wonder, Mengapa
harus ada perpisahan?
Jawabannya, Manusia Toples.
Jadi gini, istilahnya kita pahami betul terlebih
dahulu cara kerja sebuah toples, tempat penyimpanan, atau apalah itu kalian
sebutnya. Toples memiliki kapasitas sendiri dalam menampung volume atau
kuantitas suatu muatan di dalamnya, dan yang terjadi adalah, jika suatu saat
kita memasukan benda dengan amount that
way exceeded the maximum scales, yang terjadi adalah :
- Muatan yang terlebih dahulu ada, keluar tumpah ke luar dan digantikan dengan muatan yang baru dimasukkan, atau.
- Jika
dipaksakan terus menerus, toples itu akan pecah atau cacat.
Get
it?
Jadi, ibaratkan diri kita semua ini adalah Si
Manusia Toples. Anggap setiap orang memiliki kapasitas tersendiri dalam
memiliki hubungan dekat kepada orang lainnya.
Contoh : Si A (manusia) dianggap sebagai Toples
dengan kapasitas 10 orang dalam lingkup kenalnya.
Nah, kalau se-waktu-waktu si A memasukkan orang
padahal toplesnya sudah cukup 10 orang, yang terjadi adalah salah satu orang di
dalam toplesnya itu tergantikan oleh si satu muatan orang yang dimasukkan.
Atau, bisa saja, si A memaksakan dengan memasukkan satu orang ini, tapi
lama-kelamaan toplesnya pecah.
Dalam theory ini,
yang paling menyenangkan adalah, tidak ada yang tau kapasitas setiap orang-nya,
dan tidak ada yang tau kapan muatan dalam toples bertambah, berkurang, dan
pecah.
Tuhan
mengajarkan kita untuk menjadi tidak egois dalam memilki semuanya, Tuhan
mengajarkan kita bahwa setiap orang mendapatkan tempat dan porsi masing-masing. Seperti aku memiliki kamu pada tempat-ku, toples-ku, dan semoga selamanya di dalam wadahku.
Comments
Post a Comment