Kamu & Ketidakjelasan-mu

Mengapa?

Sulit sama hal-nya kita manusia yang menanyakan kepada apapun dan siapapun, mengapa? Bagaimana? Dan akan terus begitu sampai sosok ini puas dengan jawaban yang diutarakan. Apa yang sebetulnya kita dapat dari suatu  kejelasan yang fana, yang sesungguhnya hanya ada hidup yang menjajikan apapun kecuali kejelasan dan kepastian. Dan apa suatu kejelasan hidup tanpa makna dan kecantikannya dalm menjerumuskanmu pada neraka percobaan dan sesekali surga duaniwi. Saya, dulu menjadi seseorang yang mencari kejelasan, mencari jawaban dari seseorang yang masih belum menelaah hidup dengan kepastian. Suatu idil yang menjamur pada saya untuk suatu jawaban agar mengedepankan kepastian dan kejelasan suatu apapun itu, lalu apa?

Lalu apa setelah itu?

Lalu setelah itu kamu.

Kamu yang meragukan saya tiap-tiap kali otak saya luntang-lanting menafsirkan perasan saya kepada kamu pada pergulatan batin yang sedemikian rupanya beralorasi menjadi pemikiran kompleks, yang akhirnya ditutup dengan bungkam. Dan sama halnya dengan kamu, yang lalu menyadarkan saya kepada makna kejelasan itu sendiri.

Kamu bukan yang akan memberikan saya jawaban, lebih-lebih lagi kepastian atau apapun itu yang semacamnya. Karena kamu dan apapun yang saya hiraukan tiap kali kamu benahi rambut saya adalah bukan apapun itu melainkan ketulusan. Dan apa yang bisa saya tafsirkan dari suatu ketulusan yang meragu untuk mencinta atau tidak, untuk membenci atau tidak, untuk mendekap atau tidak. Apa suatu jawaban pada ilmu yang tidak pasti berjudul hidup. Apa suatu kejelasan pada cinta yang membelenggu pergulatan batin yang terlalu sendu untuk memberi kejelasan. Dan begitu bahagianya saya dalam malam suntuk ditemani kamu yang hanya diam sambil mikirin entah apa angan-angan kamu dibawa angin, dan saya hanya menjabarkan ketidakakraban saya dengan perasaan ini dengan ketidakjelasan yang lucu.

Dan ini kejelasan ketidakjelasan yang lebih jelas dari suatu kejelasan itu, bahwa tidak ada yang jelas dalam hidup yang semena-mena dan cinta yang jelita muslihatnya.

Dan saya mencintainya.

Saya mencintai ketidakjelasan itu sebagaimana kasmaran ini yang terlalu lugu untuk suatu kejelasan dan yang tersisa hanya kami,aku, juga kamu, yang menikmati malam  sembari rebahan sambil menduakan malam dengan satu sama lain yang lalu berkhianat pada hidup sambil menertawakannya sambil sesekali menarik asap.

Yang akhirnya, saya bertemu kebahagiaan tanpa beralasan saya dengan kamu dan ketidakjelasanmu.

Dan apa itu kejelasan yang fana, jika aku sudah berurusan denganmu yang memberikan ketidakjelasan yang tidak fana?


Ya, kamu, dan ketidakjelasan-mu.

Comments

Popular Posts