2018 : Memaafkan

Heading besar untuk tahun 2018 ini : Memaafkan.

Memaafkan diri sendiri,

Memaafkan dia,

Memaafkan kamu,

Memaafkan ibu.

Terpaut lintasan dosa yang membaur dengan kesedihan, kemudian campur sari dengan racun yang tak ada habis-habisanya bahkan sampai raga ini terlepas dari dekapannya, sekian lama terbelenggu dari banyak cemas dan sendu, pada akhirnya saya hanya bisa memaafkan.

Masa lalu, masa kecil, masa suram, kepedihan lara, derita kasih ibu pada anaknya, derita kasih anak pada ibunya. Hampir mati raga ini ditelan bisikkan untuk menikam uluh hati yang sudah di pangkal asah. Diselamatkan oleh kasih, Tuhan, dan sanak saudara, pada akhirnya saya hanya bisa memaafkan.

Manusia, ceroboh namun sok tahu, keji dan immoral, sedikit pola pikir dan tata karma, prejudice yang buruk dan melekat pada stigma mereka, sungguh, kasihan, hidupnya hanya menjadi penonton yang mendambakan panggung, hingga selalu mencemooh yang ada di panggung. Dan, pada akhirnya saya hanya bisa memaafkan.

Memaafkan bukan hanya aklamasi, tetapi juga mendoakan. Memaafkan walaupun tidak ada yang meminta maaf, dan tetap mendoakan. Mendoakan keberkahan, kebahagiaan, kebaikan, dan perlindungan Tuhan mengenai jalur hidupnya di tahun-tahun berikutnya.

Memaafkan bukan hanya aklamasi, namun juga meencumbu perih luka yang menguak pada permukaan raga, berkenalan, bercinta, hingga menjadikan bekas sayatan-sayatan bagian dari kita, melekat bukan untuk disesali, ditangisi, namun direngkuh, bersama sisa dosa yang dijadikan kenangan untuk dipelajari.

Memaafkan bukan hanya aklamasi, namun legowo, legowo lahir dan batin.

Memaafkan bukan hanya aklamasi, namun bersyukur.

Memaafkan bukan hanya aklamasi, namun berterimakasih, ‘Terimakasih banyak!’

Memaafkan bukan hanya aklamasi, namun ‘memaafkan’.