Rindu

PRAKATA :   
Sebelumnya, ini artikel yang paling sulit untuk dijabarkan. Penulis menulis satu halaman kemudian dihapus dan diulang sampai putar otak beberapa kali. Sampai akhirnya, ini.

Aku Si Penikmat Rindu.
Aku, pada akhirnya berkenalan dengan rindu, menjadi akrab dengan tiraninya, bercengkrama terlalu lama, dan akhirnya bercinta dengan rindu.

Rindu untuk merindu dengan hamparan kerinduan yang bertubi-tubi sampai-sampai rindu itu sendiri terlalu egois untuk tidak dirindukan. Rindu, belenggu kasmaran yang terlalu angkuh untuk dijamah, rindu tidak bertoleransi, sampai-sampai semuanya begitu terlalu menyiksa untuk merindu.

Kamu berkenalan dengan cinta, lalu bersahabatlah dengan rindu.

Dan ia (baca : rindu), akan menggiringmu ke suatu penantian yang menyiksa untuk ala kadarnya penantian bertukar mata, atau bahkan penantian malam yang panjang untuk berpelukan dan ciuman yang terlalu banyak untuk semalaman.

Aku disiksa rindu! Aku disiksa rindu! Hahaha! Astagah!
            Betapa indahnya hidup untuk sebuah penyiksaan oleh rindu se-massal ini.

Kamu tau? Apa yang paling menyenangkan dari disiksa rindu?
Akhirnya, aku menjadi bahagia karena aku hanya merasakan rindu yang terlalu luas dan angkuh untuk berbagi tempat dengan kesedihan dan patah hati, dan ketakutanku untuk kehilangan kamu, karena aku merindu terlalu dalam!

Terlalu banyak rindu untuk kamu bagi seorang saya yang hanya bisa menangis lalu tertawa karena saya merindu.

Tetapi, pada akhirnya,
Aku Si Penikmat Rindu.
Terlepas dari kebangsatannya yang seabrek-abrek, aku begitu menikmati merindukan kamu, kamu, kamu, dan kamu. Bertubi-tubi tanpa alasan, tanpa penawar, tanpa waktu tunjang, tanpa batas, tanpa ruang, tanpa lingkup, tanpa akal.

Aku Si Penikmat Rindu.
Aku menikmati memikirkan kamu untuk merindu di setiap kesempatan, diiringi do’a untuk kamu yang terlalu jauh untuk sebuah pikiran bisa sampai.

Untuk malam yang terlalu merindukan matahari, lalu senja pada akhirnya mereka bertemu, lalu malam merindukannya lagi. Untuk aku yang terlalu merindukanmu, lalu kemarin pada akhirnya bertemu, lalu merindukanmu lagi.

Aku Si Penikmat Rindu.
Dan kamu yang dirindukan oleh Si Penikmat Rindu.
Dan kamu, yang entah kamu merindu sama halnya aku yang menggila di sini, atau hanya aku?

Tetapi, sayangku,
Aku Si Penikmat Rindu,
yang hanya rindumu yang aku nikmati.

Comments

Popular Posts