Jakarta Habis Hujan
Jakarta habis hujan
Menyisa aspal basah
Nyaris seperti tanah basah, namun
nyaris raib
Ranting yang serdadu bulir
rintiknya disisa gerimis
Lalu pohon ditebang soal
takut rubuh
Dan kamu yang tersungkur
anggun
Di dalam kelambu putih dengan
sejungkit asmara di mata
Lalu tawamu menghias satu
bilik
Sembari guyon dan sesekali
menyambut bibirku
Kau ceritakan tentang hujan
dengan matamu
Lalu kepulan kretek yang
beradu dengan kabut
Aku?
Aku anteng memperhatikan
Tidakkah Tuhan ingkar bahwa
tidak ada salah seorang kamu yang ‘sempurna’?
Tidakkah Tuhan lupa akanmu
yang melampaui ‘sempurna’ ?
Comments
Post a Comment