Sindikat, Senjata, dan Jodoh
Apa
pula yang menjadikan manusia setengah gila kalau bukan cinta?
Mereka
gila lalu mati, terbunuh atau bunuh diri.
Saya bukan orang yang suka memadu kasih dengan teorema cinta,
mengetahui materialistik adalah kepemahaman saya. Walaupun seorang filsof pernah
mengatakan bahwa atom-atom tubuh kita berpadu dalam bentuk yang diperkokoh
dengan cinta, bagi saya itu lucu. Akhir-akhir ini juga saya berdiskusi banyak
dengan tulisan saya sendiri tentang kehidupan, manusia, dan apapun itu yang kurang
lebih tidak fana kecuali cinta. Konfliknya juga cukup konkret dan tidak ada embel-embel
emosi dan kasmaran belaka.
Tetapi akhir-akhir ini, saya
menemukan teori kompleks yang sangking kompleksnya, ini adalah pernyataan
simpulan tentang : jodoh.
Tuhan atau apapun itu
Partikel besar, atau sebuah monogami yang menghasilkan kehidupan, meyakinkan
bahwa dua pasangan manusia akan bersatu, atau dipersatukan.
Tetapi saya agaknya skeptis
dengan hal itu, mungkin sebenarnya kita tidak diciptakan untuk berpasangan sama
sekali? Bagaimana kalau hidup kita hanya independensi terhadap diri kita
sendiri? Bagaimana kalau “perjodohan” atau “takdir” hanya tedeng alih-alih
untuk kehidupan selanjutnya (fertilisasi dan reproduksi), alih-alih menjaga
peradaban manusia?
Namun, penafsiran saya
tentang jodoh mulai menjadi falsi, dan sampai akhirnya setelah tukar jiwa,
pikiran, angan saya (atau kami), saya (atau kami) mengemukakan teori ini :
Sindikat,
Senjata, dan Jodoh
Prologue :
Anggap saja dua subjek utama
dalam perjodohan ini dua seksualitas yang bersifat feminin dan maskulin
(Bersifat feminin dan maskulin bukan berarti kelamin pria dan wanita, yang
berarti tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang berkelamin sama).
I. Sindikat
Manusia
pada dasarnya kaya dengan ego, ego menang, ego menjadi unggul, ego dalam
segala-gala hal, termasuk ego dalam memiliki.
Mengapa sindikat?
Saat seseorang sudah melekat
pada satu hal yang ia ingin miliki, suatu keinginan itu melampaui batas
kemampuan seseorang hingga mereka akhirnya mencuri, sama dengan cinta, bedanya, cinta
lebih gila.
Anggap saja salah satu dari
subjek perjodohan ini adalah sindikat, dan yang satunya lagi adalah target aksi
jambretnya.
Sindikat mulai mendekat dan
mempelajari target, kalau dia cukup pintar biasanya dia akan lebih cermat dalam
mempelajari targetnya.
Sampai, pada waktu yang
tepat Si Sindikat mulai melakoni aksinya.
II. Senjata
Saat
beraksi, Si Sindikat ini seharusnya sudah siap dengan senjata, entah pisau,
belati, kayu runcing, intinya ia bersenjata. Saat beraksipun Sindikat ini tidak
segan-segan mengancam targetnya dengan senjata tersebut, lalu yang mungkin akan
terjadi :
Prasyarat : Semuanya berhak
menjadi Sindikat atau targetnya.
a. Target
tidak bersenjata/bersenjata namun tidak lebih kuat dari sindikat
Yang terjadi, target mati dibunuh, sindikat kabur
bawa hasil curian.
b. Target
bersenjata & lebih kuat
Sindikat terbunuh.
c. Target
bersenjata, persis dengan sindikat
Titik temu segala-galanya.
III. Jodoh
Sejauh ini sudah mengerti
maksud saya belum?
Ibarat dua insan yang
sekiranya memadu kasih, mereka bagaikan sindikat dan target yang mempertaruhkan
cinta.
a. Target tidak
bersenjata/bersenjata namun tidak lebih kuat dari sindikat
Yang terjadi, target mati dibunuh, sindikat kabur
bawa hasil curian.
Saat salah satu dari mereka,
memiliki ego yang besar, mengalahkan pasangannya, yang terjadi adalah cintanya
telak-telah dibunuh, dicuri, dibawa kabur.
b. Target
bersenjata & lebih kuat
Sindikat terbunuh.
Kalau sekiranya seseorang
dengan ego yang besar, namun pasangannya ternyata memiliki jauh lebih besar,
telak-telak cintanya ditolak.
c. Target
bersenjata, persis dengan sindikat
Titik temu segala-galanya.
Bagaimana kalau ego atau
senjata mereka sama?
Mereka bertemu di titik
equilibrium, beradu ego, sampai perlahan keduanya lelah karena tidak ada
konsensus atas kemenangan salah satu dari mereka.
Lalu apa yang terjadi?
Mereka keduanya menurunkan
kedua senjatanya, kedua egonya, mengalah, dan memadu kasih dalam berbagi cinta.
IV. Kesimpulan
Lantas, apa maksudnya?
Maksudnya
adalah tidak mudah untuk menjadi sindikat atau target, kita bisa membunuh dan
dibunuh, dan mungkin harus ada yang beribu atau bahkan berjuta-juta kali
dibunuh sampai akhirnya bertemu dengan pasangan belatinya, yang membuatnya
mengalah bukan kalah. Dan, bagi mereka yang akhirnya tidak mencintai, adalah
mereka yang tidak hidup, adalah mereka
yang menyerah pada hidup, terlalu takut untuk mencuri atau dicuri, membunuh
atau membunuh, terlalu pagi untuk menyerah, padahal takdir kadang juga ikut
komplotan baik.
Saya tadinya menyerah pada hidup karena terlalu
sering dijambret, ditikam, dibelek. Sampai akhirnya, pada suatu waktu saya
tidak sengaja berpapasan dengan sindikat yang tak jauh dari keakraban, wajahnya
dan gerakannya menikam, sama seperti saya saat sempat menikam. Betul saja,
senjata kami sama, dan betul saja, kami mengalah dan kini memadu welas kasih
yang tida
Comments
Post a Comment