Sindikat & Nelayan
Latar : Telepati
Prologue :
Terasa tidak? Kita bertelepati?
Wanita : “Tolong, berhenti.”
Pria : “Kenapa?”
Wanita : “Tidak
ada yang lebih bodoh daripada sindikat membual cerita tentang barang curiannya,
padahal tangannya masih bau amis ikan setangkup yang kemarin ia curi di nelayan
subuh-subuh.”
Pria : “Tidakkah,
sindikat itu menyesal?”
Wanita : “Penyesalan
adalah urutan terakhir, bukan itu maksudku.”
Pria : “Lalu
apa?”
Wanita : “Seperti
menjebak dirinya di labirin pikirannya sendiri, mencoba berlari di ke
penghujung tebing, tetapi berjalan di tempat setapak. Hidup dalam paradoks ke-tolol-annya
sendiri, lalu mencari celah untuk beristirahat tetapi tidak mungkin, karena
semuanya telah melelahkan sejak awal dia merancang siksaan itu untuk dirinya
sendiri.”
Pria : “Lalu,
bagaimana Si Sindikat itu?”
Wanita : “Biarkan
dia mati, jiwanya, nalarnya, cintanya, biarkan dia mati, seperti nelayan itu
mati kelaparan.”
Comments
Post a Comment