Spektrum

Fragmen rona pada manusia hanya ada dua : gelap dan terang.
Lebih akrabnya : hitam dan putih.

Tetapi nyatanya, kita terlalu naif untuk memilih diantara keduanya, lalu memilih untuk menjadi diantaranya : abu-abu

Di mana semuanya sedikit rancu menjadi acuh tak acuh mengenai dirinya sendiri, lalu memilih menjadi diantaranya : abu-abu

Manusia adalah abu-abu, kami begitu takut untuk di cap atau labelisasi dini mengenai penggolongan rona kami.

Dan tidakkah, manusia yang abu-abu begitu mengherankan semuanya, bilamana kebaikan dan keburukan beradu dalam titik temu yang sama dan bertumpu pada ambang yang mengambang. Bilamana, titik temu itu adalah diantaranya yang kita berdiri sejak awal kita mulai menjadi dewasa dan naif?

Nalar kami masih terlalu lugu untuk menyimpulkan seseorang baik atau buruk, gelap atau terang, hitam atau putih.

Tetapi, bagaimana kalau semestinya tidak ada hitam atau putih, bagaimana kalau kita bernalar dengan corak kami masing-masing? Bagaimana kalau ternyata equilibrium si titik temu hitam dan putih adalah aurora, di mana rona-rona bernafsu untuk unjuk diri?

Bagaimana kalau ada me,ji,ku,hi,bi,ni,u, dan mungkin torque, atau ungu velvet, merah marun, coklat gading?
Bagaimana kalau setiap dari kamu bukan hanya itu, tetapi segalanya?
Segala warna selain hitam dan putih?

Bagaimana kalau kita adalah Spektrum?

Mungkin pada akhirnya, manusia akan mengalah pada coraknya masing-masing, bahwa berdiri di titik tertumpu di antara hitam dan putih bukan-lah abu-abu, atau ketiadaan dedikasi hidup yang dalam konteks-nya jelas dan nyata, tidak rancu, dan sepenuhnya solid, tetapi bahwa, manusia bukanlah apapun itu yang hanya bisa di dalam kedua kelompok itu bak surga dan neraka.

Tetapi kami terlalu banyak corak, dan hampir setiapnya tidak ada yang persis, sehingga akan terlalu banyak serta berlebihan untuk dikelompokan coraknya.

Pada akhirnya, kita adalah spektrum, manusia adalah spektrum, berspektrum, bercorak. Dan hanya konflik diri yang tidak jarang belum terbiasa melihat corak yang lain, sehingga mereka hanya menganggapnya hitam, putih, atau abu-abu.

Comments

Popular Posts